PENDAHULUAN
Tuberkulosis (TB)
masih merupakan masalah di dunia termasuk negara berkembang seperti Indonesia.
Pada anak, selain tatalaksana TB masih kurang diperhatikan, diagnosis TB masih
sulit ditegakkan apalagi pada bayi kurang dari 1 tahun, sehingga under/over
diagnosis dan under/over treatment sering terjadi.
TB
bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa. Anak-anak pun
terancam. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat lebih dari
250.000 anak menderita TB dan 100.000 di antaranya meninggal dunia. Pada orang
dewasa, diagnosis pasti ditegakkan apabila menemukan kuman M. tuberculosis
dalam sputum/dahak. Akan tetapi, anak-anak sangat sulit bila diminta untuk
mengeluarkan dahak. Bila pun ada, jumlah dahak yang dikeluarkan tidak cukup.
Jumlah dahak yang cukup untuk dilakukan pemeriksaan basil tahan asam adalah
sebesar 3-5 ml, dengan konsistensi kental dan purulen.
Masalah
kedua adalah jumlah kuman
M. tuberculosis dalam sekret bronkus anak lebih sedikit daripada orang dewasa.
Hal itu dikarenakan lokasi primer TB pada anak terletak di kelenjar limfa hilus
dan parenkim paru bagian perifer. BTA positif baru
dapat dilihat bila minimal jumlah kuman 5000/ml dahak.
Selain
itu, gejala klinis
TB
pada anak tidak
khas. Hal-hal tersebutlah yang sering
membuat kita misdiagnosis
atau overdiagnosis.
TB pada anak dapat terjadi
pada usia berapa pun, namun usia
paling umum adalah
antara 1-4 tahun. Anak lebih sering mengalami TB luar paru-paru
(extrapulmonary) dibanding
TB paru-paru
dengan perbandingan 3:1. TB luar paru-paru dan TB yang berat
terutama ditemukan pada usia < 3 tahun. Angka kejadian (prevalensi) TB paru-paru pada usia 5-12 tahun cukup rendah, kemudian meningkat setelah masa remaja
di mana TB paru-paru menyerupai kasus
pada pasien dewasa (sering disertai lubang/kavitas pada paru-paru).
Selain oleh M. tuberculosis dari orang dewasa atau anak
lain, anak dapat
terinfeksi Mycobacterium bovis dari susu sapi yang
tidak
dipasteurisasi. Infeksi M. bovis
ini umumnya bermanifestasi sebagai TB
kelenjar getah bening atau TB usus.
Sebagian
besar anak yang terinfeksi
M.
tuberculosis tidak menjadi sakit selama masa anak-anak.
Satu-satunya bukti infeksi mungkin hanyalah tes tuberkulin kulit yang positif.
Kemungkinan paling besar anak menjadi sakit dari infeksi M. tuberculosis adalah segera setelah infeksi dan menurun seiring waktu. Jika anak
yang terinfeksi menjadi
sakit, sebagian besar akan menunjukkan gejala dalam jangka waktu satu
tahun setelah infeksi. Namun untuk bayi, jangka waktu tersebut mungkin hanya
6-8 minggu.
DEFINISI
TBC adalah penyakit menular langsung
yang disebabkan oleh kuman TBC (Mycobacterium
tuberculosis). Sebagian besar kuman TBC menyerang paru (95%), tetapi dapat
juga mengenai organ tubuh lainnya. TB milier merupakan TB ekstra paru.
EPIDEMIOLOGI
TB
bukanlah penyakit yang hanya dapat diderita orang dewasa. Anak-anak pun
terancam. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan terdapat lebih dari
250.000 anak menderita TB dan 100.000 di antaranya meninggal dunia. TB masih
merupakan penyakit yang sangat luas didapatkan di negara sedang berkembang
seperti Indonesia, baik pada anak maupun pada orang dewasa yang juga dapat
menjadi sumber infeksi. Menurut penyelidikan WHO dan
UNICEF di daerah Yogyakarta 0,6% penduduk menderita TB dengan basil
tuberkulosis positif dalam dahaknya, dengan perbedaan prevalensi antara di kota
dan di desa masing-masing 0,5 – 0,8% dan 0,3 – 0,4%. Uji tuberkulin pada 50%
penduduk menunjukkan hasil positif dengan perincian berdasarkan golongan umur
sebagai berikut :
1 – 6 tahun : 25,9%
7 – 14 tahun : 42,4%
15 tahun ke atas : 58,6%
ETIOLOGI
Mycobacterium tuberculosis
ditemukan oleh Robert Koch pada tahun 1882. Kuman ini berbentuk batang,
mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena
itu disebut pula sebagai Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan
sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat
yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur
lama selama beberapa tahun. Fraksi protein basil tuberculosis menyebabkan
nekrosis jaringan, sedangkan lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan
merupakan faktor penyebab terjadinya fibrosis dan terbentuknya sel epiteloid
dan tuberkel. Basil TB tidak membentuk toksin (baik endotoksin maupun
eksotoksin)
PATOGENESIS
GEJALA KLINIS
Anak
umumnya mengalami gejala kronis seperti batuk yang tak kunjung sembuh, demam,
dan turunnya berat badan atau tidak naiknya berat badan terutama setelah menjalani
program perbaikan gizi (nutritional
rehabilitation).
Batuk kronik didefinisikan sebagai batuk yang tak kunjung sembuh dan tidak membaik selama lebih dari 21 hari (3 minggu). Demam di sini didefinisikan sebagai demam lebih dari 380C selama 14 hari setelah kemungkinan penyebab lain dapat disingkirkan.
Walaupun TB luar paru-paru (extra pulmonary) seringkali tidak menunjukkan tanda yang jelas, beberapa tanda cukup spesifik untuk memulai pemeriksaan dan penanganan sesegera mungkin.
Tanda fisik seperti tonjolan di tulang belakang (gibbus) atau pembesaran kelenjar getah bening leher yang tidak nyeri dengan pembentukan saluran tempat keluarnya nanah (fistula) sangat sugestif untuk TB luar paru-paru. Radang selaput otak (meningitis) yang tidak menunjukkan respon terhadap antibiotik, cairan pada rongga antara paru-paru dengan dinding dada (pleural effusion), cairan pada rongga selaput jantung (pericardial effusion), cairan pada rongga perut (ascites), pembesaran kelenjar getah bening yang tidak nyeri tanpa pembentukan fistula, pembengkakan sendi yang tidak nyeri, atau benjolan keras kemerahan di lengan/kaki (erythema nodosum) juga merupakan tanda-tanda perlunya dilakukan pemeriksaan TB lebih lanjut. Demam, berat badan turun atau tetap, serta anoreksia menempati urutan atas sebagai gejala TB pada bayi. Hal ini sesuai dengan Miller. Batuk merupakan gejala utama infeksi saluran nafas akut yang mencurigakan. TB biasanya batuk lama yang bukan karena asma atau penyakit lain seperti pertusis. Kejang pada TB berat (milier) mungkin akibat meningitis.
Batuk kronik didefinisikan sebagai batuk yang tak kunjung sembuh dan tidak membaik selama lebih dari 21 hari (3 minggu). Demam di sini didefinisikan sebagai demam lebih dari 380C selama 14 hari setelah kemungkinan penyebab lain dapat disingkirkan.
Walaupun TB luar paru-paru (extra pulmonary) seringkali tidak menunjukkan tanda yang jelas, beberapa tanda cukup spesifik untuk memulai pemeriksaan dan penanganan sesegera mungkin.
Tanda fisik seperti tonjolan di tulang belakang (gibbus) atau pembesaran kelenjar getah bening leher yang tidak nyeri dengan pembentukan saluran tempat keluarnya nanah (fistula) sangat sugestif untuk TB luar paru-paru. Radang selaput otak (meningitis) yang tidak menunjukkan respon terhadap antibiotik, cairan pada rongga antara paru-paru dengan dinding dada (pleural effusion), cairan pada rongga selaput jantung (pericardial effusion), cairan pada rongga perut (ascites), pembesaran kelenjar getah bening yang tidak nyeri tanpa pembentukan fistula, pembengkakan sendi yang tidak nyeri, atau benjolan keras kemerahan di lengan/kaki (erythema nodosum) juga merupakan tanda-tanda perlunya dilakukan pemeriksaan TB lebih lanjut. Demam, berat badan turun atau tetap, serta anoreksia menempati urutan atas sebagai gejala TB pada bayi. Hal ini sesuai dengan Miller. Batuk merupakan gejala utama infeksi saluran nafas akut yang mencurigakan. TB biasanya batuk lama yang bukan karena asma atau penyakit lain seperti pertusis. Kejang pada TB berat (milier) mungkin akibat meningitis.
Pada pemeriksaan fisik ditemukan
pembesaran kelenjar getah bening dan hepatosplenomegali. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan yang menyatakan bahwa TB berat (TB milier) sebagian besar akan
melibatkan organ lain
seperti hati, limpa, dan
kelenjar
getah bening.
DIAGNOSIS
Berbagai
upaya telah dilakukan untuk menentukan diagnosis TB pada anak seperti uji
serologis, kultur M. tuberculosis dan lain-lain, namun masih belum mampu
memastikan diagnosis secara sederhana, murah, cepat dan akurat. TB dapat
menyerang semua lapisan, jenis kelamin dan usia. Bila TB terjadi pada masa
bayi, diagnosis sering terlambat karena keterlambatan bayi dibawa ke petugas
kesehatan dalam hal ini dokter. Tidak jarang bayi dibawa sudah dalam keadaan
berat seperti TB milier atau meningitis. Karena sulitnya memperoleh
sediaan dahak pada anak, beberapa kriteria klinis yang sederhana telah diajukan
untuk mendiagnosis TB pada anak. Kriteria ini didasarkan pada kriteria WHO
untuk mendiagnosis TB pada anak. Diagnosis TB ditegakkan jika diperoleh 3 dari
kriteria berikut ini:
1. Tes tuberkulin kulit yang positif
2. Gejala kronis sesuai TB
3. Perubahan fisik sugestif untuk TB
4. X-ray dada sugestif untuk TB
PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Tes tuberkulin kulit (Mantoux)
Tes
tuberkulin kulit akan menunjukkan hasil positif jika seorang anak terinfeksi M.
tuberculosis. Namun hasil positif tidak mengindikasikan adanya penyakit. Untuk mendiagnosis TB, tes ini digunakan
bersama dengan pemeriksaan klinis dan X-ray dada. Tes tuberkulin kulit yang
negatif tidak dapat digunakan untuk menyingkirkan diagnosis TB.
Tes ini dikategorikan sebagai positif jika ditemukan:
- Indurasi (tonjolan keras) ≥ 5 mm pada anak berisiko tinggi. Definisi risiko tinggi beberapa di antaranya adalah infeksi HIV dan kurang gizi yang berat. Kadang pada anak dengan HIV, kurang gizi yang berat, atau masalah lain yang menurunkan kekebalan tubuh, tes ini akan menunjukkan hasil negatif palsu karena kekebalan tubuh yang cukup dibutuhkan untuk memberikan reaksi terhadap tes
- Indurasi ≥ 10 mm pada anak lainnya, baik yang pernah menerima BCG atau tidak
2. X-ray dada
Pada sebagian besar kasus, X-ray
dada akan menunjukkan perubahan yang tipikal untuk TB. Gambaran X-ray paling
umum adalah memutihnya
suatu area di paru-paru dalam jangka waktu
yang lama (persistent
opacification) dengan pembesaran kelenjar getah bening di pangkal paru-paru (hilar)
atau
di sekitar
pangkal saluran
udara (subcarinal). Gambaran perubahan di bagian atas
atau tengah paru-paru
lebih umum ditemukan dibanding di bagian bawah.
Anak dengan gambaran seperti ini yang tidak membaik setelah pemberian antibiotik harus menjalani
pemeriksaan TB lebih lanjut. Gambaran X-ray dengan titik-titik
putih yang tersebar
di seluruh paru-paru (miliari) sangat sugestif untuk TB. Pasien remaja umumnya memiliki gambaran X-ray dada serupa dengan pasien dewasa dengan adanya cairan di rongga pleura (pleural effusion) dan memutihnya bagian puncak paru-paru dengan pembentukan lubang (cavity).
Pemeriksaan X-ray dada berguna dalam diagnosis TB pada anak. Karena itu X-ray dada harusdiinterpretasikan oleh radiolog atau tenaga kesehatan yang terlatih dalam interpretasi X-Ray.
3.
Tes bakteriologis
Pada anak,
bahan untuk tes bakteriologis dapat diperoleh dari
dahak, pengambilan cairan (aspirasi) dari lambung, atau cara lainnya
seperti biopsi kelenjar getah bening.
Pemeriksaan bakteriologis berperan penting terutama pada anak dengan:
Pemeriksaan bakteriologis berperan penting terutama pada anak dengan:
·
Kecurigaan resistensi terhadap
obat
·
Infeksi HIV
·
Kasus yang kompleks atau parah
·
Diagnosis yang tidak pasti
Dahak untuk diperiksa dengan
mikroskop umumnya dapat diperoleh pada anak ≥ 10 tahun. Pada anak di bawah 5
tahun, dahak sangat sulit diperoleh dan sebagian besar akan menunjukkan
hasil negatif. Seperti pada pasien dewasa,
pemeriksaan dahak membutuhkan 3 sediaan: yang diperoleh pada awal
evaluasi, pada pagi berikutnya, dan pada
kunjungan berikutnya. Aspirasi cairan lambung dengan selang khusus lambung yang dimasukkan dari hidung (nasogastric tube) dapat dilakukan pada anak yang tidak dapat atau tidak mau mengeluarkan dahak. Cara lain yang dapat dilakukan adalah induksi dahak.
4.
Tes lain
Pengambilan contoh jaringan (aspirasi) dengan jarum
halus atau fine needle aspiration dapat digunakan untuk membantu diagnosis TB luar paru-paru, terutama
TB kelenjar getah bening. Tes lainnya adalah PCR,
suatu teknik untuk mendeteksi adanya materi genetik
M. tuberculosis. Tes ini tidak direkomendasikan
untuk anak karena belum cukupnya penelitian yang dilakukan terhadap tes ini. Selain itu dalam
beberapa penelitian yang telah dilakukan, metode ini menunjukkan hasil yang
tidak memuaskan. Pemeriksaan rumit lain seperti CT scan
dan evaluasi saluran udara dengan selang khusus
yang dilengkapi kamera (bronchoscopy) juga tidak direkomendasikan untuk mendiagnosis TB
anak. Mencoba pemberian obat TB sebagai metode untuk mendiagnosis TB pada anak juga tidak direkomendasikan. Keputusan untuk memulai pengobatan TB pada anak harus dipertimbangkan dengan sangat hati-hati, dan jika diputuskan untuk dilakukan, maka anak harus menjalani pengobatan dengan jangka waktu penuh.
5.
Penggunaan Diagnostic Score Charts
Walaupun banyak negara yang menggunakan
scoring chart untuk mendiagnosis TB pada anak, tidak ada satupun yang telah
diteliti secara sistematik. Karena itu, pendekatan ini harus digunakan
semata-mata sebagai penyaring, dan bukan sebagai alat untuk menegakkan
diagnosis. Di India, sistem ini tidak direkomendasikan untuk diagnosis TB anak
dalam National TB Control Program mereka.
Di India, diagnosis TB pada anak
didasarkan pada kombinasi gejala klinis, pemeriksaan dahak jika memungkinkan, X-ray
dada, tes Mantoux, dan riwayat kontak.
PENATALAKSANAAN
Pengobatan
TBC Kriteria I (Tidak pernah terinfeksi, ada riwayat kontak, tidak menderita
TBC) dan II (Terinfeksi TBC/test tuberkulin (+), tetapi tidak menderita TBC
(gejala TBC tidak ada, radiologi tidak mendukung dan bakteriologi negatif)
memerlukan pencegahan dengan pemberian INH 5–10 mg/kgbb/hari.
Pencegahan
(profilaksis) primer anak yang kontak erat dengan penderita TBC BTA (+). INH
minimal 3 bulan walaupun uji tuberkulin (-). Terapi profilaksis dihentikan bila
hasil uji tuberkulin ulang menjadi (-) atau sumber penularan TB aktif sudah
tidak ada.
Pencegahan
(profilaksis) sekunder anak dengan infeksi TBC yaitu uji tuberkulin (+) tetapi
tidak ada gejala sakit TBC. Profilaksis diberikan selama 6-9 bulan. Obat yang
digunakan untuk TBC digolongkan atas dua kelompok yaitu :
Obat
primer : INH (isoniazid), Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
Memperlihatkan efektifitas yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini.
Obat
sekunder : Exionamid, Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan
Kanamisin.
TB berat (milier dan
meningitis TBC)
|
||
|
INH
|
: 10 mg/kgbb/hari
|
|
Rifampisin
|
: 15 mg/kgbb/hari
|
|
Dosis prednisone
|
: 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)
|
PENCEGAHAN
- BCG
Diseluruh dunia, untuk
mencegah TB pada
anak yaitu dengan memberikan vaksin BCG (bacile Calmett-Guerin)
. Imunisasi BCG diberikan pada usia 2 bulan. Dosis untuk bayi sebesar
0,05 ml dan untuk anak 0,10 ml, diberikan intrakutan daerah insersi otot
deltoid kanan. Bila BCG diberikan lebih dari 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberculin
dulu. Insiden TB anak yang mendapat
BCG berhubungan
dengan kualitas vaksin yang digunakan, pemberian vaksin, jarak pemberian vaksin dan intensitas pemaparan
infeksi. BCG efektif terutama untuk mencegah TBC milier, meningitis dan spondilitis
TBC
pada anak sedikitnya
75%. BCG ulangan tidak dianjurkan
mengingat efektifitas perlindungannya hanya 40%, sekitar 70% TBC berat
mempunyai parut BCG. BCG
relative aman, jarang ada efek samping serius, yang sering diketemukan ulserasi lokal dan
limfadenitis dengan insidensi 0,1-1%. kontraindikasi
pemberian imunisasi BCG : defisiensi imun, infeksi berat, luka bakar.
2. Kemoprofilaksis
2. Kemoprofilaksis
Kemoprofilaksis primer bertujuan untuk mencegah terjadinya infeksi TBC pada
anak, diberiikan INH dengan dosis 5-10
mg/kg BB/ hari, dosis tunggal, pada anak yang kontak dengan TBC menular,
terutama dengan BTA sputum positif,
tetapi belum terinfeksi , belum pernah kemasukan
kuman (uji tuberkulin negatif). Obat dihentikan jika
sumber kontak sudah tidak menular lagi dan anak ternyata tetap tidak
terinfeksi (sesudah uji tuberkulin ulangan).
Kemoprofilaksis sekunder mencegah aktifnya infeksi sehingga anak tidak sakit, diberikan pada anak telah terinfeksi, tetapi belum sakit, ditandai dengan uji tuberkulin positif, klinis dan radiologis normal. Anak yang mendapat kemoprofilaksis sekunder adalah usia balita8, menderita morbili, varisela, dan pertusis, mendapat obat imunosupresif yang lama (sitotastik dan kortikosteroiid), usia remaja, dan infeksi TBC paru, konversi uji tuberkulin dalam jangka waktu kurang dari 2 bulan.
Kemoprofilaksis sekunder mencegah aktifnya infeksi sehingga anak tidak sakit, diberikan pada anak telah terinfeksi, tetapi belum sakit, ditandai dengan uji tuberkulin positif, klinis dan radiologis normal. Anak yang mendapat kemoprofilaksis sekunder adalah usia balita8, menderita morbili, varisela, dan pertusis, mendapat obat imunosupresif yang lama (sitotastik dan kortikosteroiid), usia remaja, dan infeksi TBC paru, konversi uji tuberkulin dalam jangka waktu kurang dari 2 bulan.
PROGNOSIS
Dipengaruhi oleh banyak faktor
seperti umur anak, berapa lama telah mendapat infeksi, luasnya lesi, keadaan
gizi, keadaan sosial ekonomi keluarga, diagnosis dini, pengobatan adekuat dan
adanya infeksi lain seperti morbili, pertussis, diare yang berulang dan
lain-lain. Bila cepat terdeteksi penyakit ini dapat dicegah untuk menjadi TB
yang berat.
DAFTAR PUSTAKA
- Hassan Rusepno, Alatas Husein, at al editors. TB Milier dalam Tuberkulosis pada Anak : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak vol 2. 4 th ed. Jakarta : Fakultas Kedokteran UI ; 1985. p. 573-84.
- Raekiansyah Muhareva. Meracik Ulang vaksin BCG. Laboratorium bioteknologi departemen mikrobiologi : Fakultas Kedokteran UI ; 2005.
- Maria Angela. Patogenesis TB dan Vaksinasi BCG [online]. [cited 2004 May 20] ; Available from http://www.mldi.or.id
- Pengobatan TBC [online] ; Available from http://www.meprofarm.com
- Setyaningsih Endang, Mamahit. AIDS dan TB, Siapkah Kita Menghadapi Beban Ganda. Harian Kompas, 2004.
- Sandra. Informasi Singkat Tentang TB Anak. Multiply, Inc, 2007.
- Agnes. Waspadai Penyakit TB Paru : Seorang Penderita Dewasa Bisa Menulari Sepuluh Anak [online]. [cited 2004 Maret 28] ;Available at http://www.pikiran rakyat.com/0304/28/02.htm
- Bakhtiar dr. Kuman TB Mudah Serang Selaput Otak Anak. Pikiran Rakyat Cyber Media, 2002.
- TB pada Anak. Available at URL:http//www.medlinux.blogspot.com
- Itqiyah Nurul dr. TB. [online]. [cited 2006 Desember 31] ; Available at http://webmaster.com
- Penyakit TB. Fakultas Kedokteran Universitas Padjajaran, 2002.
- Supriyatno B, Nastiti, Noenoeng R, Budiman I, Said M, Setyanto B Darmawan, eds. Cermin Dunia Kedokteran no. 137, 2002.
- Mulyono D, Santoso Imam D. TB Milier dengan Tuberkuloma Intrakranial. Cermin Dunia Kedokteran no. 115, 1997.
- Andra. TB pada Anak : The Great Imitator. Majalah Farmacia, vol. 6 no. 10, Mei 2007.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar