Selasa, 25 September 2012

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI


Description: 36651_102640366454105_100001244260301_13753_4745745_n.jpg



Disusun Oleh:
1.                Vera Rahmaningtyas                          ( P17424311094)
2.                Vevy Oktarie Er Vianty                     (P17424311095)
3.                Welas Asih Rahayuning Tyas                        (P17424311096)
4.                Widhia Lestari                                                (P17424311097)
5.                Yoga Utami                                        (P17424311098)
6.                Yunita Shofie Rosada                         (P17424311099)


POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEBIDANAN PURWOKERTO
TAHUN 2011/2012

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan segala rahmat-Nya serta karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan “LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI”.
Penulisan laporan praktikum ini dapat terselesaikan atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1.   Ibu Suparmi, S.Pd, S.SiT, M.Kes. selaku ketua program studi DIII Kebidanan Purwokerto.
2.   Ibu Rusmini, S.Kep, Ns, MH. selaku sekretaris program studi DIII Kebidanan Purwokerto.
3.   Bapak Arif Widyanto, S.Pd., M.Si. selaku koordinator mata kuliah Mikrobiologi DIII Kebidanan Purwokerto.
4.   Ibu Dwi Bayu Karti Utami, A.Md., S.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah Mikrobiologi DIII Kebidanan Purwokerto.
5.   Kedua orang tua penulis.
6.   Teman-teman reguler B tingkat 1 prodi DIII Kebidanan Purwokerto.
7.   Seluruh pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mohon maaf karena faktor keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Kritik dan saran penulis harapkan demi penyempurnaan laporan-laporan praktikum selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca dan dapat bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Purwokerto, Desember 2011

Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL………………………………………               i
KATA PENGANTAR…………………………………..                ii
DAFTAR ISI...........…………………………………….                iii
               
              DAFTAR PUSTAKA……………………………………               19














PEMERIKSAAN MIKROBA PADA MAKANAN
I.     TUJUAN
Mengetahui banyaknya koloni mikroba pada minuman milkuat.
II.   LANDASAN TEORI
Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna ataupun daya simpannya. Selain itu pertumbuham mikroorganisme dalam bahan pangan juga dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut tidak layak dikomsumsi. Kejadian ini biasanya terjadi pada pembusukan bahan pangan.
Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit. Penyakit menular yang cukup berbahaya seperti tifus, kolera, disentri, atau tbc, mudah tersebar melalui bahan makanan. Gangguan-gangguan kesehatan, khususnya gagguan perut akibat makanan disebabkan, antara lain oleh kebanyakan makan, alergi, kekurangan zat gizi, keracunan langsung oleh bahan-bahan kimia, tanaman atau hewan beracun; toksintoksin yang dihasilkan bakteri; mengkomsumsi pangan yan mengandung parasit-parasit hewan dan mikroorganisme. Gangguan-gangguan ini sering dikelompokkan menjadi satu karena memiliki gejala yang hampir sama atau sering tertukar dalam penentuan penyebabnya.
Secara umum, istilah keracuan makanan yang sering digunakan untuk menyebut gangguan yang disebabkan oleh mikroorganisme, mencakup gangguan-gangguan yang diakibatkan termakannya toksin yang dihasilkan organisme-organisme tertentu dan gangguan-gangguan akibat terinfeksi organisme penghasil toksin. Toksin-toksin dapat ditemukan secara alami pada beberapa tumbuhan dan hewan atau suatu produk metabolit toksik yang dihasilkan suatu metabolisme.
Dengan demikian, intoksikasi pangan adalah gangguan akibat mengkonsumsi toksin dari bakteri yang telah terbentuk dalam makanan, sedangkan infeksi pangan disebabkan masuknya bakteri ke dalam tubuh melalui makanan yang telah terkontaminasi dan sebagai akibat reaksi tubuh terhadap bakteri atau hasil-hasil metabolismenya.
III.     PROSEDUR KERJA
a.   Peralatan :
1.       Tabung reaksi
2.       Rak tabung reaksi
3.       Lampu Bunsen
4.       Pipet ukur steril
5.       Pipet filler
6.       Cawan petri steril
7.       Lampu spirtus (Bunsen)
8.       Inkubator
9.       Colony counter
10.    Sarung tangan steril
11.    Spidol
b.   Bahan :
1.       Larutan pengencer
2.       Media PCA (Plate Count Agar)
3.       Alkohol
4.       Kapas
5.       Karet
6.       Label
7.       Aluminium foil
8.       Korek api
9.       Sampel (makanan dan minuman)
c.   Cara Kerja :
Memeriksa sampel
1.   Mengaseptiskan tangan, meja dan alat kerja.
2.   Pada sampel cair (tidak terkontaminasi) maka langsung menanam, tetapi pada sampel padat dan cair yang terkontaminasi maka harus dibuat pengenceran terlebih dahulu. Mengambil sampel 1 gr/ml memasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi larutan pengencer 9 ml à nilai pengenceran 10-1, memasukkan ke dalam larutan pengencer berikutnya sehingga nilai pengenceran 10-2.
3.   Mengambil suspense sebanyak 1 ml dan 0,1 ml dari sampel atau sampel yang telah diencerkan, masing-masing dimasukkan ke dalam cawan petri steril.
4.   Menuangkan media PCA sebanyak ± 15 ml atau ⅓ tinggi cawan.
5.   Menghomogenkan membentuk angka 0 atau 8, menunggu sampai padat / membeku, lalu membungkus dengan kertas pembungkus.
6.   Menginkubasi piaraan mikroba dengan suhu 37oC selama 2 x 24 jam.
7.   Mengamati koloni mikroba dan menghitung dengan rumus sbb:
 
IV.    HASIL DAN PEMBAHASAN
·     Jumlah koloni sampel 1 ml: 45
·     Jumlah koloni sampel 0,1 ml: 11
·     Perhitungan:
Pembulatanà 78 = 7,8 x 10 gr/ml.
V.  KESIMPULAN
Pada sampel minuman Milkuat terdapat   dengan pembulatan 7,8 x 10 gr/ml.


PENDETEKSIAN COLIFORM

 I.    TUJUAN
Mengetahui adanya Coliform pada sampel susu bubuk.
II.    LANDASAN TEORI
Bakteri Coliform merupakan golongan bakteri gram negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora dan mampu menfermentasikan kaldu laktosa pada temperature 37oC dalam waktu 48 jam menghasilkan sam dan gas (Pelczar et al., 1997). Menurut Srikandi F. adanya polusi dan kondisi sanitasi yang tidak baik pada air, makanan, susu dan produk susu.
Kehadiran bakteri coliform di dalam makanan atau minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri pathogen berbahaya bagi kesehatan adalah Salmonella, Shigella, dll. Jika dalam 100 ml air minum terdapat 500 bakteri coliform, memungkinkan terjadinya penyakit gastroenteritis yang segera diikuti oleh demam tifus (Suriawiria, 1993).
III.    PROSEDUR KERJA
a.   Alat:
1.   Pipet ukur
2.   Timbangan (jika diperlukan)
3.   Erlenmeyer 100 ml
4.   Jarum ose
5.   Pembakar Bunsen
6.   Tabung durham
7.   Tabung reaksi
8.   Inkubator

b.   Bahan:
1.   Sampel
2.   Media Laktosa DS dan SS
3.   Media BGLB
4.   Larutan pengencer
5.   Alkohol
6.   Label
7.   Alat tulis

c.      Cara kerja:
v Tahap uji duga
1.     Membersihkan tangan dan meja kerja menggunakan alkohol.
2.     Menyalakan Bunsen.
3.     Mengambil sampel, jika sampel padat maka melakukan pembuatan pengenceran 10-1, jika sampel cair memasukkan / menanamnya ke dalam medium LB.
4.     Menyiapkan seri tabung yang akan digunakan misal seri 3 (kombinasi tabungnya 3, 3, 3).
5.     Memasukkan sampel secara berurutan sebanyak 10 ml ke dalam masing-masing tabung kelompol I.
6.     Memasukkan sampel secara berurutan sebanyak 1 ml ke dalam masing-masing tabung kelompol II.
7.     Memasukkan sampel secara berurutan sebanyak 0,1 ml ke dalam masing-masing tabung kelompol III.
8.     Menghomogenkan dengan cara digoyang / dikocok sampai merata.
9.     Menyimpannya di dalam incubator selama 2 x 24 jam, pada suhu ± 37oC.
10.  Mengamati setiap 1 x 24 jam, dengan melihat adanya gas di dalam tabung durham sebagai piaraan yang (+), baik yang + 1 atau 2 kali 24 jam semuanya diteruskan ke dalam uji penegasan.

v Tahap penegasan
1.     Mengambil 1 ml dari suspensi LB pada uji duga, selanjutnya menginokulasikan ke dalam medium BGLB.

  IV.          HASIL PENGAMATAN
·       Hasil uji duga:
 
·       Hasil uji penegasan:
·       Faktor pengenceran: 10-1
·       MPN tabel: 2
·       MPN Sebenarnya:







    V.          KESIMPULAN
Pada sampel susu bubuk yang telah dilakukan uji praktikum ditemukan coliform sebanyak 

















UJI SANITASI ALAT KEBIDANAN

       I.          TUJUAN
Mengetahui tingkat kebersihan alat-alat kebidanan

     II.          LANDASAN TEORI
Sterilisasi dalam mikrobiologi bertujuan untuk mematikan semua mikroorganisme hingga spora dan sel vegetatifnya yang terdapat dalam suatu bahan atau benda. Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara penggunaan panas. Penggunaan bahan kimia, penyaringan, dan penggunaan api langsung. Sterilisasi secara panas terbagi lagi menjadi sterilisasi panas lembab (sterilisasi basah) yaitu bila panas yang digunakan bersamaan dengan uap air dan sterilisasi panas kering, yaitu jika sterilisasi dilakukan dengan udara panas dengan suhu 170 C. Selama 2 jam menggunakan oven. Sterilisasi dengan api langsung dilakukan pada ose atau jarum inokulasi sampai seluruh bagian kawat terpijarkan. Metode sterilisasi yang umum dilakukan di laboratorium biologi ialah menggunakan panas. Sterilisasi basah biasanya dilakukan di autoclave dengan menggunakan uap air jenuh pada suhu 121 C tekanan 15 psi selama 15 menit. Ada 4 hal utama yang harus di perhatikan dalam melakukan sterilisasi basah, antara lain :
1.     Sterilisasi bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul dari ruang sterilisator.
2.     Semua bagian bahan yang disterilkan harus kena uap, karena alat itu alat yang kosong harus diletakan pada posisi tidur agar udara tak terperangkap.


3.     Bahan yang berpori atau bentuk cair harus permeable terhadap uap.
4.     Suhu yang terukur termometer mencapai 121 C dan dipertahankan selama 15 menit.


   III.          PROSEDUR KERJA
v Pengambilan Sampel
a.      Alat dan Bahan :
1.     Media transport
2.     Kapas lidi steril
3.     Sarung tangan steril
4.     Spidol huruf kecil
5.     Formulir pengambilan untuk pemeriksaan laboratorium
6.     Gunting
7.     Kertas cellotape
8.     Lampu spirtus

b.     Teknik Pengambilan :
1.     Memastikan alat dan bahan dalam keadaan steril.
2.     Membersihkan meja kerja, menyalakan lampu spirtus.
3.     Mempersiapkan sarung tangan yang steril atau membersihkan tangan untuk mulai mengambil sampel.
4.     Mempersiapkan lidi kapas steril, kemudian membuka tutup botol dan memasukkan lidi kapas steril ke dalamnya.
5.     Menekan lidi kapas dalam botol ke dinding botol untuk membuang airnya, baru mengusapkan pada alat yang dijadikan sampel. Permukaan bagian luar dan dalam seluruh alat yang langsung berhubungan dengan pasien / jaringan.
6.     Mengusap setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3 kali berturut-turut.
7.     Setelah mengusap, segera memasukkan ke dalam tabung berisi media transport, mematahkan tangkai lidi kapas yang terpegang, aseptis mulut tabung kemudian ditutup kembali.
8.     Memberi label dengan kode, missal A.1.a, mencatat di buku catatan.
9.     Segera mengirim ke laboratorium dengan tas pembawa yang dingin dan menyertakan formulir pengiriman.

v Pemeriksaan ALT (Angka Lempeng Total)
1.     Mengambil suspensi (hasil pengusapan pada saat pengambilan sampel) sebanyak 1 ml dan 0,1 ml, memasukkan dalam cawan yang steril.
2.     Menuangkan medium PCA sampai ⅓ tinggi cawan.
3.     Menginkubasikan pada suhu ± 35oC selama 2 x 24 jam.
4.     Melakukan pengamatan.

  VI.          HASIL PENGAMATAN
- Jumlah koloni pada sampel 1 ml = 21 koloni
- Jumlah koloni pada sampel 0,1 ml = 2 koloni
Menghitung jumlah koloni pada gunting dengan menggunakan rumus:

Jumlah koloni per cm2 adalah : Jumlah koloni x 5 x P/Q
Keterangan:
Jumlah koloni:
P : Luas yang diusap (cm2)
Q : Luas keseluruhan (cm2)

PERHITUNGAN
                                                         = 2,5 × 5
                                                         = 102,5
                                                         = 1,03 × 102 koloni / cm3














UJI SANITASI UDARA

          I.      TUJUAN
Mengetahui tingkat sanitasi pada udara ruangan tertentu (Laboratorium)

        II.      LANDASAN TEORI
Udara tidak mengandung mikroorganisme secara alami, tetapi kontaminasi dari lingkungan sekitarnya mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme, misalnya dari debu, air, proses aerasi, dari penderita saluran infeksi dan lain-lain. Mikroorganisme yang terdapat diudara biasanya melekat pada bahan padat mikro misalnya debu atau terdapat didalam droplet / tetesan air. Jika didalam suatu ruangan banyak terdapat debu dan cair, maka mikroba yang ditemukan didalamnya juga bermacam- macam termasuk bakteri, kapang ataupun khamir .
Mikroorganisme udara didalam ruang pengolahan, dapat diuji secara kuantitatif menggunakan agar cawan yang dibiarkan terbuka selama beberapa waktu tertentu didalam ruangan tersebut atau dikenal dengan Metoda Cawan Terbuka. Jenis mikroorganisme yang sering terdapat diudara pada umumnya bakteri batang pembentuk spora baik yang bersipat aerobik maupun anaerobik, bakteri koki, bakteri gram negatif, kapang dan khamir.
Walaupun udara bukan medium yang baik untuk mikroba tetapi mikroba selalu terdapat di udara. Adanya mikroba disebabkan karena pengotoran udara oleh manusia, hewan, zat-zat organik dan debu. Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis Bacillus subtilis dapat membentuk spora yang tahan dalam keadaan kering (Pelczar, 1986).


      III.      PROSEDUR KERJA
a.      Bahan:
1.     Media PCA steril dalam cawan petri
2.     Alkohol 70%
3.     Kapas
4.     Label

b.     Alat:
1.     Pembakar Bunsen
2.     Inkubator
3.     Koloni counter

c.      Cara Kerja:
1.     Membuka media PCA, meletakkan pada suatu ruangan dan dipaparkan selama 30 menit. Setelah cukup waktu, menutup cawan petri dan membungkusnya kembali.
2.     Menginkubasi piaraan tersebut pada suhu 37oC selama 2-3 x 24 jam.
3.     Mengamati koloni yang tumbuh pada lempeng PCA.
4.     Menghitung jasad renik dalam suatu ruangan dengan rumus sebagai berikut:



Keterangan: Luas agar cawan = Menghitung luas medium cawan dengan diameternya.

      IV.      HASIL PENGAMATAN
Jumlah jasad renik tiap cawan = 94.
Diameter medium cawan = 9,5 cm à r (jari-jari) = 4,75 cm.
Luas agar cawan =

        V.      KESIMPULAN
Dalam uji sanitasi udara dilakukan dalam ruang laboratorium kimia dan ditemukan  jasad renik di tiap cawan


















MORFOLOGI FUNGI

       I.      TUJUAN
Untuk mengetahui bentuk dan bagian-bagian dari fungi rhizofus.

     II.      LANDASAN TEORI
Fungi merupakan organisme eukariot yang memiliki ciri-ciri antara lain mempunyai spora, memproduksi spora, tidak berklorofil, berkembang biak secara seksual dan aseksual, serta tubuh berfilamen dan dinding sel mengandung kitin, glukan, selulosa, dan manan. Fungi dibedakan menjadi dua golongan yakni kapang dan khamir.

   III.      PROSEDUR KERJA
a.      Alat dan Bahan:
1.     Mikroskop
2.     Objek glass
3.     Desk glass
4.     Jarum Ose
5.     Bunsen
6.     Fungi (Tempe: Rhizopus)
7.     Na fisiologis
8.     Alkohol
9.     Spidol

b.     Cara kerja:
1.     Mensterilkan jarum ose, objek glass dan desk glass. Membuat tanda lingkaran pada objek glass sebagai fokus menggunakan spidol.
2.     Meneteskan 1 ose Na fisiologis 0,9% pada objek glass.
3.     Mengambil fungi yang sudah dikembangbiakkan sebanyak 1 ose, dan meratakan pada objek glass.
4.     Menutup objek glass dengan desk glass sedemikian rupa sehingga tidak terdapat gelembung udara.
5.     Mengamati morfologinya menggunakan mikroskop kemudian menggambarnya.

  IV.          HASIL PENGAMATAN
    V.          KESIMPULAN




















MORFOLOGI PROTOZOA

       I.          TUJUAN

     II.          LANDASAN TEORI

   III.          PROSEDUR KERJA
a.      Alat dan Bahan:
1.     Mikroskop
2.     Objek glass
3.     Desk glass
4.     Jarum Ose
5.     Bunsen
6.     Air comberan
7.     Na fisiologis
8.     Alkohol
9.     Spidol

b.     Cara kerja:
1.     Mensterilkan jarum ose, objek glass dan desk glass. Membuat tanda lingkaran pada objek glass sebagai fokus menggunakan spidol.
2.     Mengambil 1 ose air comberan (piaraan, meratakannya pada objek glass).
3.     Menutup objek sedemikian rupa dengan desk glass sehingga tidak terdapat gelembung udara.
4.     Mengamati menggunakan mikroskop kemudian menggambarnya.

  IV.          HASIL PENGAMATAN
    V.          KESIMPULAN
MORFOLOGI BAKTERI

          I.          TUJUAN
Mengetahui jenis bakteri dengan pewarnaan.

        II.          LANDASAN TEORI
Bakteri merupakan organisme prokariot. Pada umumnya ukuran bakteri sangat kecil, umumnya bentuk tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 1.000 X atau lebih (Waluyo, 2004). Sel bakteri amat beragam panjangnya, sel beberapa spesies dapat berukuran 100 kali lebih panjang daripada sel spesies yang lain. Sel sel individu bakteri dapat berbentuk seperti bola/elips, batang (silindris), atau spiral (heliks). Masing- masing ciri ini penting dalam mencirikan morfologi suatu spesies (Pelczar & Chan, 2006). Walaupun ada ratusan spesies bakteri yang berbeda, namun suatu bakteri dalam bentuk sel tunggal akan memiliki salah satu dari tiga bentuk yang umum dikenal yaitu bentuk bulat (coccus), bentuk batang (basil),dan bentuk spiral.
Bakteri berbentuk bulat sering menunjukkan variasi bentuk, variasi ini biasanya dipakai sebagai ciri khas dalam proses identifikasi jenis. Beberapa variasi bentuk tersebut antara lain : diploccus (terdiri dari 2 buah sel saling berdempetan), streptococcus (untaian sel yang lebih dari 4 sel dan membentuk suatu untaian rantai), tetracoccus (4 sel membentuk seperti bujur sangkar), staphylococcus (kumpulan sel yang saling berdempetan menyerupai buah anggur), dan sarcina (Kawuri,dkk, 2007).

      III.          PROSEDUR KERJA
v Pembuatan Film:
a.      Alat dan Bahan:
1.     Objek glass
2.     Bunsen
3.     Jarum ose
4.     Alkohol
5.     Spidol
6.     Na fisiologis
7.     Pipet
8.     Penjepit

b.     Cara Kerja:
1.     Membilas objek glass dengan alkohol.
2.     Memberi tanda lingkaran pada objek glass mengunakan spidol.
3.     Memberi 1-2 tetes Na fisiologis pada objek glass.
4.     Mengambil bakteri 1 ose, menaruhnya pada objek glass, goreskan saja.
5.     Mengeringkan dengan cara melewatkan di atas api Bunsen dengan penjepit hingga kering (fiksasi).
6.     Pembuatan film selesai.

v Pewarnaan sederhana:
a.      Alat dan Bahan:
1.     Film yang sudah siap
2.     Metilin Blue (MB)
3.     Minyak imersi
4.     Mikroskop

b.     Cara kerja:
1.     Film yang sudah siap
2.     Menetesi dengan Metilin Blue (MB) sebanyak 1 tetes, mendiamkannya 3 menit.
3.     Mencuci dengan air mengalir, kemudian mengeringkan dengan angin (dibiarkan di suhu kamar).
4.     Menetesi dengan minyak imersi.
5.     Melihat dengan mikroskop dengan pembesaran 1000x.

      IV.          HASIL PENGAMATAN
        V.          KESIMPULAN

















  VI.          TUJUAN
VII.          LANDASAN TEORI
VIII.          PROSEDUR KERJA
  IX.          HASIL PENGAMATAN
    X.          KESIMPULAN








Tidak ada komentar:

Posting Komentar