LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
Disusun
Oleh:
1.
Vera Rahmaningtyas ( P17424311094)
2.
Vevy Oktarie Er Vianty (P17424311095)
3.
Welas Asih Rahayuning Tyas (P17424311096)
4.
Widhia Lestari (P17424311097)
5.
Yoga Utami (P17424311098)
6.
Yunita Shofie Rosada (P17424311099)
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG
PRODI DIII KEBIDANAN PURWOKERTO
TAHUN 2011/2012
KATA
PENGANTAR
Segala puji bagi Allah yang telah melimpahkan segala
rahmat-Nya serta karunia-Nya, sehingga penulis mampu menyelesaikan
“LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI”.
Penulisan laporan praktikum ini dapat terselesaikan atas
bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima
kasih kepada:
1.
Ibu
Suparmi, S.Pd, S.SiT, M.Kes. selaku ketua program studi DIII Kebidanan
Purwokerto.
2.
Ibu
Rusmini, S.Kep, Ns, MH. selaku sekretaris program studi DIII Kebidanan
Purwokerto.
3.
Bapak
Arif Widyanto, S.Pd., M.Si. selaku koordinator mata kuliah Mikrobiologi DIII
Kebidanan Purwokerto.
4.
Ibu
Dwi Bayu Karti Utami, A.Md., S.Pd. selaku dosen pembimbing mata kuliah
Mikrobiologi DIII Kebidanan Purwokerto.
5.
Kedua
orang tua penulis.
6.
Teman-teman
reguler B tingkat 1 prodi DIII Kebidanan Purwokerto.
7.
Seluruh
pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan laporan banyak kekurangan. Oleh karena itu penulis mohon maaf
karena faktor keterbatasan pengetahuan yang dimiliki penulis.
Kritik dan saran penulis harapkan demi penyempurnaan
laporan-laporan praktikum selanjutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca dan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Amin.
Purwokerto,
Desember 2011
Penulis
DAFTAR
ISI
LEMBAR JUDUL……………………………………… i
KATA PENGANTAR………………………………….. ii
DAFTAR ISI...........……………………………………. iii
DAFTAR PUSTAKA…………………………………… 19
PEMERIKSAAN MIKROBA PADA MAKANAN
I. TUJUAN
Mengetahui
banyaknya koloni mikroba pada minuman milkuat.
II. LANDASAN
TEORI
Bahan makanan, selain
merupakan sumber gizi bagi manusia, juga merupakan sumber makanan bagi
mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan dapat menyebabkan
perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya
cerna ataupun daya simpannya. Selain itu pertumbuham mikroorganisme dalam bahan
pangan juga dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak
diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut tidak layak dikomsumsi. Kejadian ini
biasanya terjadi pada pembusukan bahan pangan.
Bahan pangan dapat
bertindak sebagai perantara atau substrat untuk pertumbuhan mikroorganisme
patogenik dan organisme lain penyebab penyakit. Penyakit menular yang cukup
berbahaya seperti tifus, kolera, disentri, atau tbc, mudah tersebar melalui
bahan makanan. Gangguan-gangguan kesehatan, khususnya gagguan perut akibat
makanan disebabkan, antara lain oleh kebanyakan makan, alergi, kekurangan zat
gizi, keracunan langsung oleh bahan-bahan kimia, tanaman atau hewan beracun;
toksintoksin yang dihasilkan bakteri; mengkomsumsi pangan yan mengandung
parasit-parasit hewan dan mikroorganisme. Gangguan-gangguan ini sering
dikelompokkan menjadi satu karena memiliki gejala yang hampir sama atau sering
tertukar dalam penentuan penyebabnya.
Secara umum, istilah keracuan
makanan yang sering digunakan untuk menyebut gangguan yang disebabkan oleh
mikroorganisme, mencakup gangguan-gangguan yang diakibatkan termakannya toksin
yang dihasilkan organisme-organisme tertentu dan gangguan-gangguan akibat
terinfeksi organisme penghasil toksin. Toksin-toksin dapat ditemukan secara
alami pada beberapa tumbuhan dan hewan atau suatu produk metabolit toksik yang
dihasilkan suatu metabolisme.
Dengan demikian, intoksikasi
pangan adalah gangguan akibat mengkonsumsi toksin dari bakteri yang telah
terbentuk dalam makanan, sedangkan infeksi pangan disebabkan masuknya
bakteri ke dalam tubuh melalui makanan yang telah terkontaminasi dan sebagai
akibat reaksi tubuh terhadap bakteri atau hasil-hasil metabolismenya.
III.
PROSEDUR KERJA
a. Peralatan
:
1. Tabung
reaksi
2. Rak
tabung reaksi
3. Lampu
Bunsen
4. Pipet
ukur steril
5. Pipet
filler
6. Cawan
petri steril
7. Lampu
spirtus (Bunsen)
8. Inkubator
9. Colony
counter
10. Sarung
tangan steril
11. Spidol
b. Bahan
:
1. Larutan
pengencer
2. Media
PCA (Plate Count Agar)
3. Alkohol
4. Kapas
5. Karet
6. Label
7. Aluminium
foil
8. Korek
api
9. Sampel
(makanan dan minuman)
c. Cara
Kerja :
Memeriksa
sampel
1. Mengaseptiskan
tangan, meja dan alat kerja.
2. Pada
sampel cair (tidak terkontaminasi) maka langsung menanam, tetapi pada sampel
padat dan cair yang terkontaminasi maka harus dibuat pengenceran terlebih
dahulu. Mengambil sampel 1 gr/ml memasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi
larutan pengencer 9 ml à nilai pengenceran 10-1,
memasukkan ke dalam larutan pengencer berikutnya sehingga nilai pengenceran 10-2.
3. Mengambil
suspense sebanyak 1 ml dan 0,1 ml dari sampel atau sampel yang telah
diencerkan, masing-masing dimasukkan ke dalam cawan petri steril.
4. Menuangkan
media PCA sebanyak ± 15 ml atau ⅓ tinggi cawan.
5. Menghomogenkan
membentuk angka 0 atau 8, menunggu sampai padat / membeku, lalu membungkus
dengan kertas pembungkus.
6. Menginkubasi
piaraan mikroba dengan suhu 37oC selama 2 x 24 jam.
7. Mengamati
koloni mikroba dan menghitung dengan rumus sbb:
IV. HASIL
DAN PEMBAHASAN
· Jumlah
koloni sampel 1 ml: 45
· Jumlah
koloni sampel 0,1 ml: 11
· Perhitungan:
Pembulatanà 78 = 7,8 x 10
gr/ml.
V.
KESIMPULAN
Pada sampel
minuman Milkuat terdapat dengan pembulatan 7,8 x 10 gr/ml.
PENDETEKSIAN COLIFORM
I. TUJUAN
Mengetahui
adanya Coliform pada sampel susu bubuk.
II. LANDASAN
TEORI
Bakteri Coliform merupakan golongan bakteri gram
negatif, berbentuk batang, tidak membentuk spora dan mampu menfermentasikan
kaldu laktosa pada temperature 37oC dalam waktu 48 jam menghasilkan
sam dan gas (Pelczar et al., 1997). Menurut Srikandi F. adanya polusi dan
kondisi sanitasi yang tidak baik pada air, makanan, susu dan produk susu.
Kehadiran bakteri coliform di dalam makanan atau
minuman menunjukkan kemungkinan adanya mikroorganisme yang bersifat
enteropatogenik dan atau toksigenik yang berbahaya bagi kesehatan. Bakteri
pathogen berbahaya bagi kesehatan adalah Salmonella,
Shigella, dll. Jika dalam 100 ml air minum terdapat 500 bakteri coliform,
memungkinkan terjadinya penyakit gastroenteritis yang segera diikuti oleh demam
tifus (Suriawiria, 1993).
III. PROSEDUR
KERJA
a. Alat:
1. Pipet
ukur
2. Timbangan
(jika diperlukan)
3. Erlenmeyer
100 ml
4. Jarum
ose
5. Pembakar
Bunsen
6. Tabung
durham
7. Tabung
reaksi
8. Inkubator
b. Bahan:
1. Sampel
2. Media
Laktosa DS dan SS
3. Media
BGLB
4. Larutan
pengencer
5. Alkohol
6. Label
7. Alat
tulis
c. Cara
kerja:
v Tahap
uji duga
1. Membersihkan
tangan dan meja kerja menggunakan alkohol.
2. Menyalakan
Bunsen.
3. Mengambil
sampel, jika sampel padat maka melakukan pembuatan pengenceran 10-1,
jika sampel cair memasukkan / menanamnya ke dalam medium LB.
4. Menyiapkan
seri tabung yang akan digunakan misal seri 3 (kombinasi tabungnya 3, 3, 3).
5. Memasukkan
sampel secara berurutan sebanyak 10 ml ke dalam masing-masing tabung kelompol
I.
6. Memasukkan
sampel secara berurutan sebanyak 1 ml ke dalam masing-masing tabung kelompol
II.
7. Memasukkan
sampel secara berurutan sebanyak 0,1 ml ke dalam masing-masing tabung kelompol
III.
8. Menghomogenkan
dengan cara digoyang / dikocok sampai merata.
9. Menyimpannya
di dalam incubator selama 2 x 24 jam, pada suhu ± 37oC.
10. Mengamati
setiap 1 x 24 jam, dengan melihat adanya gas di dalam tabung durham sebagai
piaraan yang (+), baik yang + 1 atau 2 kali 24 jam semuanya diteruskan ke dalam
uji penegasan.
v Tahap
penegasan
1. Mengambil
1 ml dari suspensi LB pada uji duga, selanjutnya menginokulasikan ke dalam
medium BGLB.
IV.
HASIL PENGAMATAN
· Hasil
uji duga:
· Hasil
uji penegasan:
· Faktor
pengenceran: 10-1
· MPN
tabel: 2
· MPN
Sebenarnya:
V.
KESIMPULAN
Pada sampel susu
bubuk yang telah dilakukan uji praktikum ditemukan coliform sebanyak
UJI SANITASI ALAT KEBIDANAN
I.
TUJUAN
Mengetahui tingkat kebersihan
alat-alat kebidanan
II.
LANDASAN TEORI
Sterilisasi dalam mikrobiologi bertujuan untuk
mematikan semua mikroorganisme hingga spora dan sel vegetatifnya yang terdapat
dalam suatu bahan atau benda. Sterilisasi dapat dilakukan dengan cara
penggunaan panas. Penggunaan bahan kimia, penyaringan, dan penggunaan api
langsung. Sterilisasi secara panas terbagi lagi menjadi sterilisasi panas
lembab (sterilisasi basah) yaitu bila panas yang digunakan bersamaan dengan uap
air dan sterilisasi panas kering, yaitu jika sterilisasi dilakukan dengan udara
panas dengan suhu 170 C. Selama 2 jam menggunakan oven. Sterilisasi dengan api
langsung dilakukan pada ose atau jarum inokulasi sampai seluruh bagian kawat terpijarkan.
Metode sterilisasi yang umum dilakukan di laboratorium biologi ialah
menggunakan panas. Sterilisasi basah biasanya dilakukan di autoclave dengan
menggunakan uap air jenuh pada suhu 121 C tekanan 15 psi selama 15 menit. Ada 4
hal utama yang harus di perhatikan dalam melakukan sterilisasi basah, antara
lain :
1. Sterilisasi
bergantung pada uap, karena itu udara harus dikosongkan betul dari ruang
sterilisator.
2. Semua
bagian bahan yang disterilkan harus kena uap, karena alat itu alat yang kosong
harus diletakan pada posisi tidur agar udara tak terperangkap.
3. Bahan
yang berpori atau bentuk cair harus permeable terhadap uap.
4. Suhu yang
terukur termometer mencapai 121 C dan dipertahankan selama 15 menit.
III.
PROSEDUR KERJA
v Pengambilan
Sampel
a. Alat
dan Bahan :
1. Media
transport
2. Kapas
lidi steril
3. Sarung
tangan steril
4. Spidol
huruf kecil
5. Formulir
pengambilan untuk pemeriksaan laboratorium
6. Gunting
7. Kertas
cellotape
8. Lampu
spirtus
b. Teknik
Pengambilan :
1. Memastikan
alat dan bahan dalam keadaan steril.
2. Membersihkan
meja kerja, menyalakan lampu spirtus.
3. Mempersiapkan
sarung tangan yang steril atau membersihkan tangan untuk mulai mengambil
sampel.
4. Mempersiapkan
lidi kapas steril, kemudian membuka tutup botol dan memasukkan lidi kapas
steril ke dalamnya.
5. Menekan
lidi kapas dalam botol ke dinding botol untuk membuang airnya, baru mengusapkan
pada alat yang dijadikan sampel. Permukaan bagian luar dan dalam seluruh alat
yang langsung berhubungan dengan pasien / jaringan.
6. Mengusap
setiap bidang permukaan yang diusap dilakukan 3 kali berturut-turut.
7. Setelah
mengusap, segera memasukkan ke dalam tabung berisi media transport, mematahkan
tangkai lidi kapas yang terpegang, aseptis mulut tabung kemudian ditutup
kembali.
8. Memberi
label dengan kode, missal A.1.a, mencatat di buku catatan.
9. Segera
mengirim ke laboratorium dengan tas pembawa yang dingin dan menyertakan
formulir pengiriman.
v Pemeriksaan
ALT (Angka Lempeng Total)
1. Mengambil
suspensi (hasil pengusapan pada saat pengambilan sampel) sebanyak 1 ml dan 0,1
ml, memasukkan dalam cawan yang steril.
2. Menuangkan
medium PCA sampai ⅓ tinggi cawan.
3. Menginkubasikan
pada suhu ± 35oC selama 2 x 24 jam.
4.
Melakukan pengamatan.
VI.
HASIL PENGAMATAN
-
Jumlah koloni pada sampel 1 ml = 21 koloni
-
Jumlah koloni pada sampel 0,1 ml = 2 koloni
Menghitung
jumlah koloni pada gunting dengan menggunakan rumus:
Jumlah koloni per cm2
adalah : Jumlah koloni x 5 x P/Q
Keterangan:
Jumlah
koloni:
P
: Luas yang diusap (cm2)
Q
: Luas keseluruhan (cm2)
PERHITUNGAN
= 2,5 × 5
= 102,5
= 1,03 × 102 koloni / cm3
UJI SANITASI UDARA
I.
TUJUAN
Mengetahui
tingkat sanitasi pada udara ruangan tertentu (Laboratorium)
II.
LANDASAN TEORI
Udara
tidak mengandung mikroorganisme secara alami, tetapi kontaminasi dari
lingkungan sekitarnya mengakibatkan udara mengandung berbagai mikroorganisme,
misalnya dari debu, air, proses aerasi, dari penderita saluran infeksi dan
lain-lain. Mikroorganisme yang terdapat diudara biasanya melekat pada bahan
padat mikro misalnya debu atau terdapat didalam droplet / tetesan air. Jika
didalam suatu ruangan banyak terdapat debu dan cair, maka mikroba yang
ditemukan didalamnya juga bermacam- macam termasuk bakteri, kapang ataupun
khamir .
Mikroorganisme
udara didalam ruang pengolahan, dapat diuji secara kuantitatif menggunakan agar
cawan yang dibiarkan terbuka selama beberapa waktu tertentu didalam ruangan
tersebut atau dikenal dengan Metoda Cawan Terbuka. Jenis mikroorganisme yang
sering terdapat diudara pada umumnya bakteri batang pembentuk spora baik yang
bersipat aerobik maupun anaerobik, bakteri koki, bakteri gram negatif, kapang
dan khamir.
Walaupun udara bukan medium yang baik untuk
mikroba tetapi mikroba selalu terdapat di udara. Adanya mikroba disebabkan
karena pengotoran udara oleh manusia, hewan, zat-zat organik dan debu.
Jenis-jenis mikroba yang terdapat di udara terutama jenis Bacillus subtilis
dapat membentuk spora yang tahan dalam keadaan kering (Pelczar, 1986).
III. PROSEDUR
KERJA
a. Bahan:
1. Media
PCA steril dalam cawan petri
2. Alkohol
70%
3. Kapas
4. Label
b. Alat:
1. Pembakar
Bunsen
2. Inkubator
3. Koloni
counter
c. Cara
Kerja:
1. Membuka
media PCA, meletakkan pada suatu ruangan dan dipaparkan selama 30 menit.
Setelah cukup waktu, menutup cawan petri dan membungkusnya kembali.
2. Menginkubasi
piaraan tersebut pada suhu 37oC selama 2-3 x 24 jam.
3. Mengamati
koloni yang tumbuh pada lempeng PCA.
4. Menghitung
jasad renik dalam suatu ruangan dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: Luas agar cawan = Menghitung luas medium
cawan dengan diameternya.
IV. HASIL
PENGAMATAN
Jumlah
jasad renik tiap cawan = 94.
Diameter
medium cawan = 9,5 cm à r (jari-jari) = 4,75 cm.
Luas
agar cawan =
V.
KESIMPULAN
Dalam uji sanitasi udara dilakukan dalam ruang
laboratorium kimia dan ditemukan jasad renik di tiap cawan
MORFOLOGI
FUNGI
I. TUJUAN
Untuk mengetahui bentuk dan
bagian-bagian dari fungi rhizofus.
II. LANDASAN
TEORI
Fungi merupakan organisme eukariot
yang memiliki ciri-ciri antara lain mempunyai spora, memproduksi spora, tidak
berklorofil, berkembang biak secara seksual dan aseksual, serta tubuh
berfilamen dan dinding sel mengandung kitin, glukan, selulosa, dan manan. Fungi
dibedakan menjadi dua golongan yakni kapang dan khamir.
III. PROSEDUR
KERJA
a. Alat
dan Bahan:
1. Mikroskop
2. Objek
glass
3. Desk
glass
4. Jarum
Ose
5. Bunsen
6. Fungi
(Tempe: Rhizopus)
7. Na
fisiologis
8. Alkohol
9. Spidol
b. Cara
kerja:
1. Mensterilkan
jarum ose, objek glass dan desk glass. Membuat tanda lingkaran pada objek glass
sebagai fokus menggunakan spidol.
2. Meneteskan
1 ose Na fisiologis 0,9% pada objek glass.
3. Mengambil
fungi yang sudah dikembangbiakkan sebanyak 1 ose, dan meratakan pada objek
glass.
4. Menutup
objek glass dengan desk glass sedemikian rupa sehingga tidak terdapat gelembung
udara.
5. Mengamati
morfologinya menggunakan mikroskop kemudian menggambarnya.
IV.
HASIL PENGAMATAN
V.
KESIMPULAN
MORFOLOGI PROTOZOA
I.
TUJUAN
II.
LANDASAN TEORI
III.
PROSEDUR KERJA
a. Alat
dan Bahan:
1. Mikroskop
2. Objek
glass
3. Desk
glass
4. Jarum
Ose
5. Bunsen
6. Air
comberan
7. Na
fisiologis
8. Alkohol
9. Spidol
b. Cara
kerja:
1. Mensterilkan
jarum ose, objek glass dan desk glass. Membuat tanda lingkaran pada objek glass
sebagai fokus menggunakan spidol.
2. Mengambil
1 ose air comberan (piaraan, meratakannya pada objek glass).
3. Menutup
objek sedemikian rupa dengan desk glass sehingga tidak terdapat gelembung
udara.
4. Mengamati
menggunakan mikroskop kemudian menggambarnya.
IV.
HASIL PENGAMATAN
V.
KESIMPULAN
MORFOLOGI BAKTERI
I.
TUJUAN
Mengetahui
jenis bakteri dengan pewarnaan.
II.
LANDASAN TEORI
Bakteri merupakan
organisme prokariot. Pada umumnya ukuran bakteri sangat kecil, umumnya bentuk
tubuh bakteri baru dapat dilihat dengan menggunakan mikroskop dengan pembesaran
1.000 X atau lebih (Waluyo, 2004). Sel bakteri amat beragam
panjangnya, sel beberapa spesies dapat berukuran 100 kali lebih panjang
daripada sel spesies yang lain. Sel sel individu bakteri dapat berbentuk
seperti bola/elips, batang (silindris), atau spiral (heliks). Masing- masing
ciri ini penting dalam mencirikan morfologi suatu spesies (Pelczar &
Chan, 2006). Walaupun ada ratusan spesies bakteri yang berbeda, namun
suatu bakteri dalam bentuk sel tunggal akan memiliki salah satu dari tiga
bentuk yang umum dikenal yaitu bentuk bulat (coccus), bentuk batang (basil),dan
bentuk spiral.
Bakteri berbentuk bulat
sering menunjukkan variasi bentuk, variasi ini biasanya dipakai sebagai ciri
khas dalam proses identifikasi jenis. Beberapa variasi bentuk tersebut antara
lain : diploccus (terdiri dari 2 buah sel saling berdempetan),
streptococcus (untaian sel yang lebih dari 4 sel dan membentuk suatu untaian
rantai), tetracoccus (4 sel membentuk seperti bujur sangkar), staphylococcus
(kumpulan sel yang saling berdempetan menyerupai buah anggur), dan sarcina
(Kawuri,dkk, 2007).
III.
PROSEDUR KERJA
v Pembuatan
Film:
a. Alat
dan Bahan:
1. Objek
glass
2. Bunsen
3. Jarum
ose
4. Alkohol
5. Spidol
6. Na
fisiologis
7. Pipet
8. Penjepit
b. Cara
Kerja:
1. Membilas
objek glass dengan alkohol.
2. Memberi
tanda lingkaran pada objek glass mengunakan spidol.
3. Memberi
1-2 tetes Na fisiologis pada objek glass.
4. Mengambil
bakteri 1 ose, menaruhnya pada objek glass, goreskan saja.
5. Mengeringkan
dengan cara melewatkan di atas api Bunsen dengan penjepit hingga kering
(fiksasi).
6. Pembuatan
film selesai.
v Pewarnaan
sederhana:
a. Alat
dan Bahan:
1. Film
yang sudah siap
2. Metilin
Blue (MB)
3. Minyak
imersi
4. Mikroskop
b. Cara
kerja:
1. Film
yang sudah siap
2. Menetesi
dengan Metilin Blue (MB) sebanyak 1 tetes, mendiamkannya 3 menit.
3. Mencuci
dengan air mengalir, kemudian mengeringkan dengan angin (dibiarkan di suhu
kamar).
4. Menetesi
dengan minyak imersi.
5. Melihat
dengan mikroskop dengan pembesaran 1000x.
IV.
HASIL PENGAMATAN
V.
KESIMPULAN
VI.
TUJUAN
VII.
LANDASAN TEORI
VIII.
PROSEDUR KERJA
IX.
HASIL PENGAMATAN
X.
KESIMPULAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar