BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pembangunan kesehatan ke depan diarahkan pada peningkatan
upaya promotif dan preventif, di samping peningkatan akses pelayanan kesehatan
bagi masyarakat, utamanya penduduk miskin. Peningkatan kesehatan masyarakat,
meliputi upaya pencegahan penyakit menular ataupun tidak menular, dengan cara
memperbaiki kesehatan lingkungan, gizi, perilaku, dan kewaspadaan dini.
Pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi dapat dilakukan dengan berdasarkan tingkat
pencegahan sebagai upaya promotif dan preventif.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Memenuhi tugas terstruktur mata kuliah “ Kesehatan
Reproduksi “ yang berjudul “ Upaya promotif dan preventif kesehatan “
2.
Tujuan Khusus
a)
Makalah ini kami buat untuk
menambah wawasan kepada mahasiswi untuk mengetahui mengenai pengertian dari
kesehatan, serta upaya promotif dan preventif kesehatan di Indonesia.
b)
Makalah ini kami buat agar
mahasiswi mengetahui kondisi kesehatan di Indonesia
c)
Makalah ini kami buat agar
mahasiswi mengetahui upaya promotif dan preventif kesehatan di Indonesia.
C.
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian kesehatan,
promotif dan preventif?
2.
Bagaimana kondisi kesehatan di
Indonesia?
3.
Bagaimana upaya promotif dan
preventif di Indonesia?
D.
Manfaat
1.
Sebagai pengembangan bahan
masukan atau pengkajian baru khususnya ilmu kebidanan.
2.
Menjadi sumber informasi bagi
mahasiswa poltekkes semarang.
3.
Dapat menambah ilmu pengetahuan
dan wawasan dengan topik upaya promotif dan preventif menurut Leavel dan Clark
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
1.
Kesehatan
Kesehatan adalah keadaan
sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, yang semata-mata bebas dari
penyakit atau kecacatan, dalam semua hal yang berkaitan dengan semua system
yang terjadi pada tubuh manusia , serta fungsi dan prosesnya (Depkes RI, 2003)
Menurut pernyataan dari
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO), kesehatan adalah keadaan fisik, mental dan
kesejahteraan sosial secara lengkap dan bukan hanya sekedar tidak mengidap
penyakit atau kelemahan.
Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari
badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara
sosial dan ekonomis. (Undang-Undang)
2.
Promotif
Promosi Kesehatan adalah proses untuk meningkatkan
kemampuan masyarakat dalam memelihara dan meningkatkan kesehatannya. Selain itu
untuk mencapai derajat kesehatan yang sempurna, baik fisik, mental, dan sosial,
maka masyarakat harus mampu mengenal serta mewujudkan aspirasinya,
kebutuhannya, dan mampu mengubah atau mengatasi lingkungannya (lingkungan fisik,
sosial budaya dan sebagainya). (Ottawa Charter,1986).
Promosi kesehatan adalah upaya meningkatkan kemampuan
kesehatan masyarakat melalui pembelajaran dari, oleh, untuk dan bersama
masyarakat agar mereka dapat menolong dirinya sendiri, serta mampu berperan
secara aktif dalam masyarakat sesuai sosial budaya setempat yang didukung oleh
kebijakan public yang berwawasan. (Depkes RI)
Promosi kesehatan adalah kombinasi berbagai dukungan
menyangkut pendidikan, organisasi, kebijakan dan peraturan perundangan untuk
perubahan lingkungan dan perilaku yang menguntungkan kesehatan (Green dan
Ottoson,1998).
3.
Preventif
Upaya preventif adalah sebuah usaha
yang dilakukan individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak
diinginkan. Prevensi secara etimologi berasal dari bahasa latin, pravenire yang
artinya datang sebelum atau antisipasi atau mencegah untuk tidak terjadi
sesuatu. Dalam pengertian yang sangat luas, prevensi diartikan sebagai upaya
secara sengaja dilakukan untuk mencegah terjadinya gangguan, kerusakan, atau
kerugian bagi seseorang atau masyarakat (Notosoedirjo dan Latipun, 2005 : 145
).
B.
Kondisi Kesehatan di Indonesia
1.
Aceh ( Juni 2012 )
Angka Kematian Ibu dan Bayi di Aceh Masih Tinggi
Meskipun telah terjadi penurunan dibandingkan dengan sebelumnya, namun jumlah
Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Provinsi Aceh hingga
saat ini masih tergolong tinggi.
Berdasarkan data terakhir Desember 2011, jumlah AKI
melahirkan di Aceh berkisar 190/100.000 kelahiran hidup (KH) dan AKB berkisar 30/1.000
KH. Karenanya, upaya pengurangan terus dilakukan oleh Pemerintah Aceh sebagai
salah satu indikator Indeks Pembangunan Manusia (IPM) bidang kesehatan.
"Dibanding situasi Aceh lima tahun silam, memang
perubahan yang terjadi sangat bagus sekali. Tahun ini, kita berharap AKB di
Aceh menjadi 26/1.000 kelahiran dan AKI menjadi 185/100.000 kelahiran,"
ujar Sekda Provinsi Aceh, Drs T Setia Budi dalam sambutannya pada pembukaan
seminar Mini University Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir dan Anak Balita (KIBBLA)
atas dukungan Maternal and Child Health Integrated Program (MCHIP)-USAID di
Banda Aceh.
Turut hadir dalam kesempatan tersebut, Utusan Khusus
Presiden RI untuk Millenium Development Goals (MDGs), Prof Dr dr Nila F
Moeloek, SpM, Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr M Yani M.Kes PKK, Bupati Bireuen,
Nurdin Abdurrahman, para Kepala Dinas Kesehatan kabupaten/kota dan Kepala
Bappeda se-Aceh.
Sekda Setia Budi menambahkan, target pencapaian AKI
dan AKB di Aceh dalam menyongsong program MDGs 2015 cukup tinggi, yakni bisa
mencapai 102/100.000 kelahiran. "Oleh karenanya, butuh kerja keras kita
bersama untuk mencapai target tersebut," katanya.
Disebutkan, persoalan tingginya AKI dan AKB ini bukan
hanya dialami Aceh, tapi juga hamper semua wilayah di Indonesia, karenanya pemerintah
pusat terus mendorong agar semua Pemda memperhatikan masalah ini, sehingga AKI
dan AKB bisa lebih ditekan lagi. Salah satunya, dengan cara meningkatkan
kualitas pelayanan publik sektor kesehatan.
Untuk menjalankan program tersebut, pemerintah telah menjalin
kerjasama dengan USAID melalui program MCHIP. Sasarannya adalah meningkatkan
kapasitas Dinas Kesehatan dan RSUD dalam mengelola kesehatan ibu, bayi dan anak
balita.
Kurangi AKI dan AKB. Utusan
Khusus Presiden untuk MDGs, Prof Dr dr Nila F Moeloek menyatakan, pemerintah
saat ini terus melakukan berbagai upaya untuk mengurangi AKI dan AKB, di
antaranya dengan penambahan jumlah tenaga kesehatan di daerah-daerah,
peningkatan kapasitas lembaga kesehatan dan pelaksanaan program Jaminan
Persalinan (Jampersal).
"Pemerintah bukannya tidak berupaya, tapi telah
banyak melaksanakan berbagai program menekan AKI dan AKB, meskipun saat ini
belum berjalan sesuai harapan. Mungkin perlu evaluasi lagi," terangnya.
Kepala Dinas Kesehatan Aceh, dr M Yani menyatakan, kondisi
kesehatan masyarakat saat ini di Aceh belum menggembirakan. Hal tersebut antara
lain dapat dilihat dari masih tingginya AKI dan AKB. Kondisi itu dipengaruhi
tingkat pengetahuan, sikap dan praktek perawatan bagi ksehatan ibu dan bayi
baik di tingkat rumah tangga, masyarakat maupun fasilitas pelayanan kesehatan.
"Program bantuan teknis MCHIP-USAID mulai dari
pemberdayaan masyarakat, peningkatan kapasitas petugas kesehatan, baik di
pelayanan primer maupun rujukan sangat membantu pemerintah daerah seperti yang
telah berjalan di Kabupaten Bireuen dalam peningkatan akses dan kualitas
pelayanan kesehatan khususnya kepada ibu dan bayi," terangnya.
2.
Merauke (Kompas)
Provinsi Papua saat ini masih kekurangan
tenaga bidan sebanyak 2.565 orang. Sebagian besar kampung-kampung di Papua
hingga kini tidak ada tenaga kesehatan.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi
Papua, Yosef Rinto di Merauke, mengungkapkan, tenaga bidan tersebut dibutuhkan
untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada ibu-ibu melahirkan guna menurunkan
angka kematian ibu dan anak yang masih tinggi. "Papua kini sedang
gencar-gencarnya berupaya menurunkan angka kematian ibu dan anak,"
ujarnya.
Untuk mengatasi kekurangan tenaga
bidan, Dinas Kesehatan Papua, tengah memberdayakan dan melatih kembali
kader-kader kesehatan di kampung-kampung. "Ini supaya mereka bisa
melakukan pengobatan sederhana," katanya.
Di samping itu, juga menugaskan
para bidan dan perawat dari kampung ke kampung selama enam bulan. Mereka juga
akan melatih dukun-dukun bersalin untuk membantu persalinan di kampung.
Selain kekurangan tenaga bidan,
menurut Rinto, sarana kesehatan di Papua juga masih terbatas. Karena itu, saat
ini didorong pembangunan rumah sakit-rumah sakit di kabupaten pemekaran dan
puskesmas-puskesmas pembantu di kampung-kampung. Saat ini di di seluruh Papua
ada 27 rumah sakit, 686 puskesmas, dan 462 polindes.
3.
Nutrisi Picu Kematian Saat Melahirkan di Indonesia
Jakarta: Angka
kematian ibu saat melahirkan di Tanah Air dipastikan masih tinggi. Tercatat,
228 dari 100 ribu ibu di Indonesia meninggal saat melahirkan.
"Kematian ibu saat mengandung dan melahirkan
terjadi karena banyak faktor. Namun, sebagian besar karena masalah
nutrisi," ujar Utusan Khusus Presiden Republik Indonesia untuk Millenium
Development Goals (MDGs), Prof. Dr. dr. Nila Moeloek, SpM(K) saat jumpa pers di
Kantor Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Jakarta, awal pekan ini.
Merujuk data, kasus kematian ibu terbanyak di negeri
ini dipastikan karena kurang gizi, anemia, pendarahan, dan cacingan.
"Sisanya akibat masalah struktural, aborsi, serta pertolongan persalinan
oleh petugas yang tidak kompeten," kata Nila.
Menurut dia, angka yang menunjukkan permasalahan gizi
yang dihadapi ibu hamil seharusnya dapat ditekan dengan penyuluhan tentang
pentingnya nutrisi pada makanan. "Makan itu bukan masalah kuantitasnya,
namun kualitasnya," ujar Nila.Dia menambahkan, gizi seimbang tak berarti
didapatkan dengan harga yang mahal. Sebab selalu ada bahan pangan pengganti
dengan kualitas serupa. "Contoh daging yang menjadi sumber protein, dapat
diganti dengan telur atau pun ikan yang sama-sama sumber protein tinggi,"
ujar Nila.(ANT/EPN)
4. Angka Kelahiran
dilihat dari Banyaknya Kasus Aborsi
Terjadinya keguguran pada kehamilan disebut
dengan abortus atau aborsi. Aborsi bisa terjadi secara alamiah dan maupun
buatan. Jumlah aborsi di Indonesia cukup banyak, yaitu terdapat 2,5 juta kasus
per tahunnya.
Pada aborsi alami,
keguguran bayi terjadi secara tidak disengaja, bisa disebabkan oleh kelainan
atau cedera saat kehamilan. Sedangkan aborsi buatan dilakukan untuk tujuan
tertentu secara sengaja. Istilah aborsi ini kemudian mengacu pada aborsi
buatan, sedangkan aborsi alami disebut keguguran.
Sayangnya, aborsi
buatan atau yang akrab disebut aborsi ini diduga jumlahnya juga cukup besar di
Indonesia. Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2010,
diperkirakan jumlah kelahiran di Indonesia adalah sebesar 5 Juta jiwa per tahun
dan angka keguguran sebesar 3,5 juta per tahun.
Untuk berapa pastinya
angka aborsi di Indonesia saat ini, belum ada data yang benar-benar bisa
dianggap valid. Apalagi aborsi tidak dilegalkan di Indonesia kecuali dengan
alasan medis. Maka penelitian terhadap klinik-klinik aborsi ilegal tentu sulit
dilakukan karena klinik-klinik ini cenderung menutup diri.
"Membicarakan
aborsi adalah hal yang sensitif, apalagi karena hukumnya ilegal. Tapi jumlahnya
memang cukup banyak sekitar 2,5 jutaan setiap tahun. Jika jumlah ini benar,
maka angka aborsi jika dihitung sudah hampir separuh dari angka kelahiran di
Indonesia," kata Sudibyo Alimoesa, Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan
Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN saat dihubungi detikHealth,
Rabu (30/5/2012).
Menurut Sudibyo,
perkiraan 2,5 juta tersebut merupakan hasil penelitian independen yang
dilakukan oleh pribadi atau LSM. Caranya adalah dengan menghitung rata-rata
aborsi yang dilakukan beberapa klinik di kota besar Indonesia kemudian
mengalikan dengan perkiraan jumlah klinik di Indonesia.
World Health Organization
(WHO) pada tahun 2004 memperkirakan ada 20 juta kasus aborsi tidak aman di
dunia. Sebanyak 9,5 % di antaranya terjadi di negara berkembang. Di wilayah
Asia Tenggara, WHO memperkirakan sebanyak 4,2 juta aborsi dilakukan setiap
tahun dan sekitar 750.000 sampai 1,5 juta terjadi di Indonesia.
Beberapa penelitian
yang dilakukan pada tahun 2000 menemukan bahwa angka aborsi di Indonesia
sebesar 2 juta per tahun. Angka ini terus mengalami kenaikan. Sebuah penelitian
yang dilakukan Soetjiningsih pada tahun 2004 memperkirakan angka aborsi di
Indonesia mencapai 2,3 juta pertahun. Sekitar 750.000 diantaranya dilakukan
oleh remaja.
"Aborsi tidak
hanya bisa dilakukan di klinik saja. Beberapa obat yang masuk dalam jenis anti
prostaglandin juga dapat diperoleh tanpa resep dokter untuk digunakan
menggugurkan kandungan. Makanya, data mengenai jumlah kasus aborsi di Indonesia
sulit ditentukan secara tepat," kata Julianto Witjaksono, Deputi KB dan
Kesehatan Reproduksi BKKBN Pusat.
Hingga saat ini,
diyakini angka aborsi di Indonesia mencapai 2 - 2,5 juta per tahun. Angka ini
masih simpang siur karena belum ada penelitian yang benar-benar mengulas aborsi
secara menyeluruh. Belum lagi kasus aborsi yang dilakukan dengan cara meminum
obat atau jamu tanpa bimbingan dokter.
C.
Upaya Promotif dan Preventif
kesehatan di Indonesia
Pelayanan kesehatan dan pendidikan kesehatan yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi dapat dilakukan dengan berdasarkan tingkat
pencegahan sebagai upaya promotif dan preventif.
Upaya pencegahan menurut teori Leavel dan Clark (Maulana, 2009)
dibedakan menjadi 3 yaitu :
1.
Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah peningkatan kesehatan dan
perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu adalah
usaha-usaha yang dilakukan sebelum sakit (pre pathogenesis), dan disebut dengan
pencegahan primer.
Pencegahan primer dilakukan pada masa individu yang belum
menderita sakit. Pencegahan primer terdiri dari promosi kesehatan (health
promotion) dan perlindungan khusus (spesifiic protection).
a)
Promosi Kesehatan
Health promotion bertujuan untuk
meningkatkan, memajukan dan membina koordinasi sehat yang sudah ada hingga
dipertahankan dan dijauhkan dari ancaman penyebab penyakit atau agent secara
umum.
Pendidikan kesehatan yang
diperlukan antara lain : Meningkatnya gizi, Perbaikan sanitasi lingkungan, Ph(derajat
keasaman), Pendidikan sifat umum, Nasihat perkawinan, Penyuluhan kehidupan sex,
Olahraga dan kebugaran jasmani, Pemeriksaan secara berkala, Meningkatnya
standar hidup dan kesejahteraan keluarga, Nasihat tentang keturunan, Penyuluhan
tentang PMS, Penyuluhan AIDS.
Meningkatkan dan memperbaiki program kesehatan ibu :
1)
Layanan dan terdesentralisasi
2)
Menyusun standar pelayanan dan
pastikan adanya supervise
3)
Mengembangkan dan menggunakan
panduan tetap untuk manajemen komplikasi kebidanan
4)
Memperbaiki sistem pelatihan dan
memperbaharui keterampilan penyediaan pelayanan
5)
Memperbaiki infrastruktur dan
memperbaharui fasilitas
6)
Menetapkan/memperkuat system
rujukan
7)
Menetapkaan/memperkuat mekanisme
evaluasi kualitas pelayanan
8)
Mengembangkan dan menggunakan
instrumen untuk memperbaiki kualitas pelayanan
9)
Home base maternal records
10)
Partograf
11)
Melakukan audit dan meninjau
kembali kasus-kasus kematian ibu hamil.
Ruang lingkup
promosi kesehatan :
1)
Pendidikan Kesehatan (Health education)
2)
Pemasaran sosial (sosial marketing)
3)
Penyuluhan
4)
Upaya peningkatan (Promotif)
5)
Advokasi di bidang kesehatan
6)
Pengorganisasian, pengembangan,
pergerakan, pemberdayaan masyarakat.
Ruang lingkup promosi kesehatan
berdasarkan tatanan pelaksanaan :
1)
Promosi kesehatan tatanan keluarga
2)
Pendidikan kesehatan pada tatanan
sekolah
3)
Pendidikan kesehatan di tempat
kerja
4)
Pendidikan kesehatan di
tempat-tempat umum
5)
Pendidikan kesehatan pada
fasilitas pelayanan kesehatan
Tujuan promosi
kesehatan meliputi :
1)
Membangun kebijakan masyarakat sehat
2)
Membangun keterampilan personal
3)
Memperkuat partisipasi komunitas
4)
Menciptakan lingkungan yang
mendukung
5)
Reorientasi pelayanan kesehatan
Tindakan pencegahan
meliputi :
1)
Perlindungan balita, ibu hamil
2)
Pemberian makanan
3)
Perlindungan terhadap ancaman akibat
kerja
4)
Perlindungan khusus yang bersifat
karsinogenik
5)
Menghindari terhadap zat-zat
alergi
6)
Menghindari minuman berakohol
7)
Menghindari merokok
b)
Spesific Protection
Spesific protection adalah upaya spesifik untuk mencegah terjadinya
penularan penyakit tertentu. Spesific protection terdiri dari (Efendi, 1998 ;
Maulana, 2009 ) :
1)
Memberikan imunisasi pada
golongan yang rentan untuk mencegah terhadap penyakit-penyakit tertentu.
Contohnya : imunisasi hepatitis diberikan kepada mahasiswi kebidanan yang akan
praktek di rumah sakit.
2)
Isolasi terhadap penderita
penyakit menular. Contohnya : isolasi terhadap pasien penyakit flu burung.
3)
Perlindungan terhadap kemungkinan
kecelakaan di tempat-tempat umum dan di tempat kerja. Contohnya : di tempat
umum, misalnya adanya rambu-rambu zebra cross agar pejalan kaki yang akan
menyebrang tidak tertabrak oleh kendaraan yang sedang melintas. Sedangkan di
tempat kerja : para pekerja yang memakai alat perlindungan diri.
4)
Peningkatan keterampilan remaja
untuk mencegah ajakan menggunakan narkotik. Contohnya : kursus-kursus
peningkatan keterampilan, seperti kursus menjahit, kursus otomotif.
5)
Penanggulangan stress. Contohnya
: membiasakan pola hidup yang sehat , dan seringnya melakukan relaksasi.
2.
Pencegahan sekunder
Penegakan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan
tepat, disebut pencegahan sekunder (seconder
preventive). Pencegahan sekunder dilakukan pada masa individu mulai sakit.
Pencegahan sekunder bentuknya upaya diagnosis dini dan pengobatan segera ( early diagnosis and prompt treatment ).
a)
Early diagnosis
Early diagnosis
mengandung pengertian diagnosa dini atau
tindakan
pencegahan pada seseorang
atau kelompok yang memiliki resiko terkena penyakit.
Tindakan yang berupaya untuk
menghentikan proses penyakit pada tingkat permulaan sehingga tidak akan menjadi
parah. Prinsipnya diterapkan dalam program pencegahan, pemberantasan dan
pembasmian macam penyakit baik menular ataupun tidak dan memperhatikan tingkat
kerawanan penyakit terhadap masyarakat yang tinggi. Misalnya : TBC paru-paru,
kusta, kanker, diabetes, jantung dll.
Tindakan pencegahan
meliputi :
1) Upaya
penemuan kasus (case finding) tertuju
pada individu, keluarga, masyarakat. Misalnya : anemia gravidarum, dll.
2) Survey
kesehatan, untuk memperoleh data tentang prestasi dari penyakit banyak diderita
masyarakat, sehingga dapat didiagnosis secara dini untuk diberi pengobatan
segera.
3) Papsmear,
tujuan untuk deteksi dini adanya kanker serviks sehingga dapat dilakukan
pengobatan tindakan segera.
4) Pemeriksaan
rutin pada tiap individu.
5) Pengawasan
obat-obatan, termasuk obat terlarang yang diperdagangkan secara bebas (golongan
narkotika).
6) Mencegah
yang sudah ada agar tidak meningkatkan lebih lanjut. Misalnya : flu burung,
papsmear.
b)
Prompt treatment
Prompt treatment
memiliki pengertian pengobatan yang dilakukan dengan tepat dan segera untuk
menangani berbagai masalah yang terjadi. Prompt treatment merupakan tindakan
lanjutan dari early diagnosis. Pengobatan segera dilakukan sebagai penghalang
agar gejala tidak menimbulkan komplikasi yang lebih parah.
Tindakan prompt treatment
antara lain:
1. Case Holding Drugs
Yaitu menangani dan
keteraturan berobat. Diharapkan tenaga kesehatan termasuk bidan dapat segera menangani
kasus-kasus berupa gejala dan komplikasi menopause yang mengakibatkan gangguan
pada kesehatan wanita. Penanganan segera terhadap gejala dan komplikasi
menopause dapat meminimalkan hal-hal yang memiliki pengaruh buruk dalam
kehidupannya. Penanganan yang diberikan dapat berupa konseling secara langsung
maupun penyuluhan secara kelompok seperti dalam kegiatan PKK.
Penanganan yang
diberikan diiringi dengan pengobatan secara teratur. Untuk pengobatan tersebut
dapat berkolaborasi dengan tenaga kesehatan yang lebih ahli di bidangnya.
Sebagai contoh seorang bidan dapat berkolaborasi dengan dokter dalam menagani
pasien yang mengalami gejala dan komplikasi akibat menopause yang menginginkan
HRT ( Hormone Replacement Therapy).
2. Support Live
2. Support Live
Dilakukan dengan jalan
pemberian pengobatan secepat mungkin pada wanita yang mengalami gejala
premenopause yang juga telah mengalami komplikasi akibat menopause tersebut.
Pemberian obat secepat mungkin bertujuan untuk mendukung kehidupan wanita pada
masa ini. Selain itu dukungan hidup yang diberikan oleh berbagai pihak
(keluarga, tenaga kesehatan, masyarakat) akan membuat wanita pada masa ini
dapat menjalani hidupnya tanpa masalah baik fisik, psikis maupun sosial.
Pengobatan yang secara
tepat dan segera sangat penting karena pengobatan yang terlambat akan
mengakibatkan :
a.
Usaha penyembuhan
menjadi lebih sulit bahkan mungkin tidak dapat sembuh lagi. Misalnya pengobatan
hipertensi yang terlambat pada wanita menopause.
b.
Kemungkinan terjadinya
kecacatan lebih besar. Kecacatan dapat berupa fisik maupun psikis.
c.
Penderitaan si sakit (
wanita perimenopause dan menopause) menjadi lebih lama dan parah.
d.
Biaya untuk perawatan
dan pengobatan menjadi lebih besar. Sebagai contoh yaitu perawatan dan
pengobatan penyakit kardiovaskuler tentunya akan lebih besar. Hal ini akan
berbeda apabila sebelumnya dilakukan deteksi
dini dan pengobatan yang tepat dan segera yang jauh memerlukan biaya lebih
sedikit.
3.
Pencegahan tersier
Pembatasan kecacatan dan pemulihan kesehatan disebut
pencegahan tersier (tertiary prevention).
Pencegahan tersier bentuknya membatasi ketidakmampuan/kecacatan (disability limitation) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitation). Pada
proses ini diusahakan agar cacat yang diderita tidak menjadi hambatan sehingga
individu yang menderita dapat berfungsi optimal secara fisik, mental dan
sosial.
a.
Pembatasan
kecacatan
Pencegahan dilakukan dalam taraf penyakit sudah nyata bahkan
sudah lanjut sehingga penderita dalam keadaan disable (tidak sanggup melakukan
aktivitas yang biasa dikerjakan walau tidak sakit). Sehingga penderita bisa
sembuh.
Tindakan pencegahan
meliputi :
1)
Pengobatan agar tidak makin parah
2)
Mencegah supaya penderita tidak
mati
3)
Mencegah kecacatan yang menetap
4)
Mencegah penyakit menjadi tidak
menahun
b.
Rehabilitasi
(pemulihan)
1)
Ruang dokter, yaitu pemulihan
fungsi organ yang baru sembuh/mengalami kelainan yang menetap/cacat.
2)
Ruang biang diklat keterampilan,
yaitu berupaya memulihkan kembali kemampuan profesionalnya sehingga dapat
bekerja kembali di masyarakat.
3)
Ruang sosial, yaitu memulihkan
kembali kehidupan sosial masyarakat sehingga masyarakat mau menerima kembali.
Misalnya, sembuh dari penyakit kusta.
4)
Ruang kejiwaan (psikologi), yaitu
upaya memulihkan kepercayaan dan harga diri penderita setelah sembuh dari
penyakit. Misalnya :
a)
Tempat pendidikan untuk tuna
netra dan rungu
b)
Tempat pendidikan untuk anak
cacat
c)
Bedah rekonstruksi untuk mantan
penderita kusta
d)
Fisioterapi dan latihan untuk
penderita polio
BAB III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kesehatan adalah keadaan
sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup
produktif secara sosial dan ekonomis. Promotif adalah suatu usaha pelayanan
kesehatan ini pertama. Upaya preventif adalah sebuah usaha yang dilakukan
individu dalam mencegah terjadinya sesuatu yang tidak diinginkan.
Upaya pencegahan leavel dan clark
dibedakan menjadi 3 yaitu :
1.
Pencegahan primer
Pencegahan primer terdiri dari
promosi kesehatan (health promotion) dan perlindungan khusus (specific
protection).
2.
Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder bentuknya
upaya diagnosis dini dan pengobatan segera (early diagnosis dan promotif treatment).
3.
Pencegahan tersier
Pencegahan tersier bentuknya
membatasi ketidakmampuan atau kecacatan (disability limitation) dan pemulihan
kesehatan (rehabilitation).
B.
Saran
Sebaiknya pemerintah lebih
mengupayakan dan menjamin kesehatan bagi warga negaranya yang kurang mampu
dengan upaya pencegahan penyakit menular ataupun tidak menular, dengan cara
memperbaiki kesehatan lingkungan, gizi, perilaku dan kewaaspadaan dini.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan Republik
Indonesia. 2007. Pusat Promosi Kesehatan. Jakarta.
Notoatmojo, Soekidjo. Kesehatan Masyarakat Ilmu dan Seni.
Jakarta : PT. Rineke Cipta.
Notoatmojo, Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku.
Jakarta : PT. Rineke Cipta.
Prasetyo, Erwin Edhi
dan Widjianto, Thomas Pudjo. 2012. Papua
Kurang Ribuan Bidan. Kompas.
Widyastuti, Yuni dkk. 2009. Kesehatan
Reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya.
terimakasih banyak udah share... :)
BalasHapushttp://cv-pengobatan.com/pengobatan-alami-kanker-serviks/